Bangkep, Banggaiplus com – Jelang Pesta Demokrasi (Pilkada) tahun 2024, suhu politik di Banggai Kepulauan, mulai memanas. Agitasi dan propaganda yang menyerang privasi kandidat dengan narasi-narasi provokasi menyeruak di ruang-ruang publik.
Kondisi ini dikuatirkan akan memantik gesekan antara sesama pendukung masing-masing kandidat. Hal itu dapat dipastikan akan mengganggu kondusifitas politik jelang voting day 27 November 2024.
Sugianto Tamoreka salah satu kontestan yang bertarung di Pilkada Bangkep misalnya, dia mendapat sodokan dari rival politiknya. Bahkan narasi-narasi yang terbangun di publik justru menyerang pribadinya.
Mulai dari segi penampilan fisikalnya yang memiliki rambut gondrong dan bukan asli putra daerah, menjadi isu central untuk memangkas kapasitasnya sebagai calon bupati. Padahal dirinya telah mengantongi legalitas dari institusi pemerintah, berupa dokumen hasil tes psikologis dan mendapatkan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Namun hal itu tak membuat perjalanan politiknya berlenggang mulus di panggung politik Banggai Kepulauan. Meski mendapat serangan dari lawan politiknya itu, tak membuat adik kandung Bupati Banggai ini gamang. Tetapi justru memperlihatkan kedewasaan dan mengedukasi lawannya dengan bersikap bijaksana.
Hal itu dapat dilihat dari seruannya kepada tim pemenangan, pendukung dan simpatisannya untuk tidak menanggapi isu itu secara berlebihan. Apalagi membalasnya dengan narasi-narasi yang beraroma provokatif.
Karena menurut Sugianto, etika menjadi salah satu kunci lahirnya politik yang santun, saling menghargai dan menguatkan, serta kompetisi politik secara fair dan hal itu akan mendekatkan pihaknya pada gerbang kesuksesan.
Seruan-seruan positif kerap kali dia sampaikan dalam setiap momen tatap muka dengan masyarakat, bahwa seluruh tim pemenangan maupun simpatisannya jangan mudah terpancing dengan isu-isu murahan seperti itu.
“Saya ingin menyampaikan kepada seluruh tim dan pendukung agar tidak menjelek-jelekkan atau menghujat kandidat lain, karena semua kandidat yang mencalonkan diri adalah putra-putri terbaik Bangkep,” ujar Sugianto.
Sugianto menambahkan, ada satu hal prinsip yang perlu dilakukan dalam menjalankan aktifitas politik, yakni mengedepankan konsep dan program kerja, kemudian biarkan masyarakat menilai secara objektif.
Tak lupa kuga dia menampik isu yang menyatakan dirinya bukanlah putra daerah. Namun menurutnya isu putra daerah tidak relevan dengan kondisi sosial dan budaya di Banggai Kepulauan. Sebab siapa pun yang menjadi pemimpin di daerah ini, punya cita-cita yang sama, yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah ini.
Selain itu juga menyinggung keberadaannya yang bukan putra daerah, Sugianto punya alasan sediri untuk membantah isu tersebut. Alasan kongkritnya, selain Banggai bersaudara (Banggai, Bangkep dan Balut) hanya dibedakan oleh sistem administrasi pemerintahan yang bersifat otonom. Namun hal itu tidak memutuskan ikatan budaya diantara ketiga daerah tersebut, buktinya ada beberapa prosesi keadatan yang tak bisa dipisahkan.
Bahkan dirinya ngaku bahwa dirinya memiliki trah atau garis keturunan yang jelas dan punya kaitan historis dengan kerajaan Banggai, yaitu kakek buyutnya adalah salah seorang Kapitan Laut (Kepala Angkatan Perang) dan anggap sebagai salah seorang pahlawan ketika itu. (*/bp01)